Bab I Geografi SMA Kelas X antara lain berisi materi Pendekatan Geografi. Materi ini masih sangat debatable (sering menimbulkan perdebatan) di internal geografiawan. Guru geografi pun masih banyak yang limbung dan linglung jikalau ditanya siswa atau kolega mengenai ketiga pendekatan ini. Dalam pencak silat, Pendekatan Geografi seperti halnya kuda-kuda. Jadi harus kuat.
Bahkan soal Ujian Nasional, sebelum UN ditiadakan hampir dipastikan (100%) materi pendekatan geografi muncul, dan banyak siswa yang salah menjawab. Ketika guru geografi membahasnya dalam MGMP ataupun melalui media lain semacam grub WA, juga sering berbeda jawaban.
Permasalahan semacam ini mungkin yang menjadi keprihatinan Prof Hadi Sabari Yunus, dengan mengibaratkan dalam kalimat “adverse negative impact.”
Pendekatan Geografi yang ada tiga (spatial, ecological, regional complec approach) merupakan fitrah ilmu geografi (Yunus, 2008). Yang harus dijiwai setiap geografiawan, agar peran ilmu geografi tidak semakin termarginalkan. Pada perkembangannya ketiga pendekatan itu dapat tarik menarik.
Perlu digaris bawahi bahwa pendekatan merupakan suatu metode analisis (pisau analisis) dalam menelaah sebuah fenomena.
Pada kesempatan kali ini akan dibahas mengenai pendekatan keruangan.
Pendekatan Keruangan (Spatial Approach)
Pendekatan ini menekankan analisisnya pada eksistensi ruang (space) sebagai wadah untuk mengakomodasi kegiatan manusia dalam menjelaskan fenomena geosfer (Yunus, 2008).
Pendekatan geografi berkaitan erat dengan objek kajian geografi yang berupa geospheric phenomena (fenomena geosfer), maka segala sesuatunya dalam objek tersebut dapat diamati dengan menggunakan sembilan matra (tema).
Kesembilan matra tersebut ialah (1) pola (pattern); (2) struktur (structure); (3) proses (process); (4) interaksi (interaction); (5) organisasi dalam sistem keruangan (organisation within spatial system); (6) asosiasi (association); (7) tendensi atau kecenderungan (tendencies or trends); (8) pembandingan (comparation); dan (9) sinergisme keruangan (spatial synergism).
Dengan demikian dapat dikembangan sembilan pendekatan keruangan (spatial approach)
(1) spatial pattern analysis;
(2) spatial structure analysis;
(3) spatial process analysis;
(4) spatial interaction analsis;
(5) spatial association analysis;
(6) spatial organisation analysis;
(7) spatial tendency/trends analysis;
(8) spatial comparison analysis;
(9) spatial synergism analysis.
Seorang geografiawan tidak harus melaksanakan sembilan tema tersebut secara bersamaan, karena sebagai manusia kita memiliki keterbatasan waktu, biaya dan tenaga. Memilih satu atau beberapa tema, serta menjelaskan operasionalisasi pendekatannya sangat dimungkinkan dan tidak mengurangi kadar keilmuannya.
Spatial Pattern Analysis
Penekanan utama dari analisis ini adalah sebaran pada elemen-elemen pembentuk ruang. Tahap awal dari analisis ini berupa identifikasi, selanjutnya menjawab geographic questions (pertanyaan geografi) berupa 5W+1H.
What: Fenomena apa yang diteliti?
Where: Dimana fenomena tersebut terjadi?
When: Kapan kenampakan fenomena tersebut ada?
Why: Mengapa terjadi penampakan seperti itu?
Who: Siapa yang mendiami?
How: Bagaimana proses pengelompokan tersebut dapat terjadi?
Uraian yang mengemukakan mengenai jawaban 5W+1H ini harus tercermin dalam daftar isi makalah yang dibuata oleh geografiawan. Kedalaman analisis akan terlihat dari penekanan jawaban yang dimunculkan.

Sumber: https://unusualplaces.org/inner-circles-circular-gardens-of-brondby-haveby-denmark/
Spatial Structure Analysis
Analisis ini bertumpu pada susunan elemen-elemen pembentuk ruang. Struktur keruangan dapat berupa fenomena fisikal dan non fisikal. Sebagai contoh daerah agraris, dengan pemanfaatan 75% lahan untuk pertanian, dan 25% untuk lainnya. Untuk memperdalam analisis ini dapat digunakan pertanyaan why, who, dan how. Namun jika hanya ingin mengetahuai deskripsinya, dapat digunakan pertanyaan what, when, dan where.

Sumber: http://asmireland.ie/wp-content/uploads/2012/04/Farm-map-overview.jpg
Spatial Proses Analysis
Analisis ini menekankan pada proses keruangan yang biasanya divisualisasikan pada perubahan ruang. Perubahan tesebut dapat dikemukakan secara kuantitatif dan kualitatif. Setiap perubahan tidak dapat dilepaskan dari waktu kejadiannya, sehingga aspek temporal menjadi peranan utama dalam analisis ini (Yunus, 2008).
Memandingkan sebuah kota atau wilayah pada tahun 1990 dan tahun 2000 tentang perubahan bentang lahannya merupakan contoh fenomena geofer yang dapat dianalisis dengan tema ini. Diperlukan foto udara, ataupun citra satelit multi-temporal untuk fenomena ini. Analsis lebih lanjut dari fenomena temporan dapat dikembangkan dengan menjawab pertanyaan, bagaimana perubahan itu terjadi dan dampak apa saja yang mungkin timbul dari perubahan tersebut?

Sumber: https://www.alamy.com/stock-photo/aral-sea-satellite.html
Spatial Interaction Analysis
Analisis dengan tema ini menekankan pada interaksi antar ruang. Hubungan timbal balik antara ruang yang satu dengan yang lain mempunyai variasi yang sangat besar, sehingga upaya-upaya mengenali faktor pengontrol interaksi menjadi sedemikian penting. Analisis lebih lanjut dengan berusaha menjawab pertanyaan mengapa terjadi interaksi dan bagaimana interaksi terjadi?


Sumber: https://www.mdpi.com/2220-9964/9/2/68/htm
Spatial Organization Analysis
Analisis ini bertujuan untuk mengetahui elemen-elemen lingkungan mana yang berpengaruh terhadap terciptanya tatanan spesifik dari elemen-elemen pembentuk ruang. Penekanan utamnya pada keterkaitan kenampakan yang satu dengan yang lain secara individu. Perbedaan antara analisis ini dengan analisis pola adalah pada analisis pola kekhasan aglomerasi menjadi kunci, sedangkan pada analisis organisasi hubungan dan hirarkhi antar elemen menjadi faktor utama.

Sumber: https://kromatis.wordpress.com/2016/03/16/struktur-ruang-kabupaten-bantul/
Spatial Association Analysis
Analisis ini bertujuan untuk mengungkapkan terjadinya asosiasi keruangan antar berbagai kenampakan pada suatu ruang. Untuk mengetahui ada atau tidaknya asosiasi keruangan antar variabel satu dengan lainnya dapat dilakukan dengan menganalisis visualisasi peta dan dengan metode analisis statistik. Apakah ada asosiasi keruangan antara kepadatan penduduk dengan peningkatan tindak kriminal di beberapa tempat di kota?

Spatial Tendency/Trends Analysis
Analisis ini menekankan upaya mengetahui kecenderungan perubahan suatu gejala. Pertanyaan seperti ke arah manakah perkembangan Kota Surakarta? Merupakan salah satu contoh fenomena geosfer yang harus dijelaskan dengan analisis ini. Ya memang benar analisis ini merupakan kelanjutan dari tema analisis sebelumnya, seperti spatial pattern analysis, sapatial structure, spatial process, dan spatial asociation. Membaca trend perekembanganfenomena geosfer seperti perkembangan permukiman disarankan menggunakan analisis ini.

Spatial Comparison Analysis
Analisis ini mempunyai tujuan untuk mengetahui keunggulan dan kelemahan suatu ruang dibandingkan dengan ruang lainnya. Studi banding merupakan salah satu contoh kegiatan dalam analisis semacam ini. Fenomena terbaru ialah pemilihan Ibukota di Indonesia baru-baru ini, dari ketiga calon ibu kota, yakni Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan, dan Kalimantan Timur. Dipilihlah Kalimantan Timur sebagai letak Ibukota negara Indonesia yang baru, berdasarkan berbagai aspek multi disiplin keilmuan.


Sumber: https://id.quora.com/Apa-tanggapan-orang-Pulau-Kalimantan-terkait-rencana-pemindahan-ibukota-ke-pulau-tersebut
Spatial Synergism Analysis
Analisis ini akan sangat berguna untuk merencanakan, mengaplikasikan dan mengevaluasi konsep pembangunan kerja sama antar wilayah, seperti Jabodetabek, Joglosemar, Kartamantul, Gerbang Kertasusila, Banjarbakula dan lain sebagainya. Selama ini kerja sama antar wilayah masih sekedar penamaan, belum mengintegrasikan visi antar wilayah, sehingga terkesan masing-masing wilayah berjalan sendiri-sendiri.

Sumber: http://bpiw.pu.go.id/article/detail/pengembangan-banjarbakula-membuka-peluang-industri-dan-pariwisata
Belajar pendekatan spasial memang tidak bisa dilepaskan dari peta. Ruang (space) memang lebih mudah dipelajari dengan peta. Jadi jika kalian sedang belajar geografi, jangan lupakan peta. Seperti pada Kartun Dora The Explorer.
Daftar Pustaka:
Yunus, H.S. 2008. Konsep dan Pendekatan Geografi: Memaknai Hakekat Keilmuannya. Makalah disampaikan dalam Sarasehan Forum Pimpinan Pendidikan Tinggi Geografi Indonesia pada tanggal 18-19 Januari 2008 di Fakultas Geografi UGM Yogyakarta.

Sahabatnya siswa dalam belajar Ilmu Kebumian di sebuah SMK Geologi Pertambangan di Pulau Borneo